Negara Republik Indonesia memiliki wilayah perairan terbesar dan didominasi oleh tujuh provinsi kepulauan yang terdiri dari banyak pulau kecil. Hal ini menjadikan transportasi laut sebagai moda yang memegang peranan kunci dalam pengembangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dimana kebutuhan akan pengangkutan laut juga menjadi sangat penting dan memerlukan lebih banyak simpul, rute pelayaran komersil dan non komersil (perintis) antar kota/kabupaten dengan kinerja operasional yang efektif dan efisien serta jangkauan cukup luas dalam rangka mewujudkan konektivitas antar kota/kabupaten.
Kendati demikian, penyelenggaran Tol Laut menjadi salah satu jawaban atas tantangan yang dihadapi tersebut, serta sejalan dengan Visi dan Misi Program Nawa Cita Pemerintah khususnya dalam butir 3, 6, dan 7, yaitu: membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor strategis ekonomi domestik
Program Tol Laut bertujuan untuk menunjang pendistribusian barang dan pengembangan ekonomi di daerah terpencil dan meningkatkan konektivitas antar wilayah. Dengan adanya hubungan antara pelabuhan-pelabuhan laut ini, maka dapat tercipta kelancaran dan pemerataan distribusi barang hingga ke pelosok sebagai upaya menurunkan disparitas harga antara wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur. Untuk diketahui bahwa angka perbandingan PDB antara Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Barat Indonesia, yaitu 18,6% berbanding 81,4% menunjukkan pemerataan ekonomi yang masih timpang. Untuk mendukung pengoptimalan operasi Tol Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan melakukan suatu kajian dalam rangka penetapan desain jaringan dan operasi Tol laut tahun 2021.
Perkembangan Tol Laut
Kementerian Perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Laut resmi menetapkan 15 (lima belas) jaringan trayek penyelenggaraan angkutan barang di laut (Tol Laut) Tahun 3 Anggaran 2018 melalui Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor AL.108/5/17/DJPL-17 tanggal 20 Desember 2017 tentang Jaringan Trayek Penyelenggaraan Angkutan Barang di Laut Tahun Anggaran 2018. Dalam Keputusan Dirjen Perhubungan Laut tersebut ditetapkan tambahan 2 trayek untuk tahun 2018 sehingga total berjumlah 15 trayek utama dengan yang sudah ada saat ini serta 3 trayek feeder, yaitu pada Trayek T-4 (Hub Tahuna), Trayek T-5 (Hub Tobelo) dan Trayek T-8 (Hub Biak). Untuk mendukung pengoptimalan operasi Tol Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan melakukan suatu kajian dalam rangka penetapan desain jaringan dan operasi Tol laut tahun 2021.
Untuk mendukung kelancaran arus barang melalui tol laut diperlukan suatu penambahan sarana bongkar muat pelabuhan khususnya pada wilayah 3TP dan KTI. Penambahan sarana bongkar muat pelabuhan diantaranya seperti forklift, reach stacker dan rigid truck container, serta minicon di pelabuhan wilayah 3TP. Hal ini dapat dilakukan melalui digitalisasi dengan menetapkan pelabuhan Tol Laut dalam pengaturan pola jaringan pelabuhan hub and spoke yang bersumber dan melihat beberapa daerah sebagai pelabuhan utama (Hub) dan ada daerah sebagai pelabuhan pengumpan (Spoke).
Hal lain juga perlu diperhatikan untuk mendukung operasi tol laut dengan peningkatan performa sistem manajemen logistik dalam mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi yang memberikan kemudahan bagi regulator maupun pelaku usaha. Seperti halnya dalam aplikasi layanan Sistem Informasi Tol Laut atau SITOLAUT berupa Logistic Communication System (LCS) Versi 02 Berbasis Mobile Apps, Informasi Muatan dan Ruang Kapal (IMRK), Delivery on Line, Inaportnet, Simlala dan layanan lainnya.
Desain Jaringan Tol Laut
Pelayanan angkutan tol laut di seluruh Indonesia membutuhkan waktu perjalanan yang lama, sehingga beberapa wilayah sulit di jangkau khususnya pada wilayah Indonesia Timur. Berdasarkan dengan pendekatan teori hub and spoke, desain rute pasangan hub and spoke dapat memberikan yang optimum yaitu dengan memanfaatkan pelabuhan-pelabuhan pengumpul agar dapat mendistribusikan barang ke daerah yang tidak dilayani oleh angkutan barang. Sehingga rute tersebut menjadi rute terbaik dan juga menghasilkan biaya yang paling efisien dimana dapat menekan biaya operasional kapal, biaya pengiriman dengan mempertimbangkan muatan yang dibawa kapal, harga bahan bakar, dan biaya kontainer.
Sistem informasi dalam pengiriman barang angkutan tol laut berbasis jaringan pun digunakan agar data informasi prosesi pengiriman barang lebih mudah dikontrol. Informasi tersebut sudah mengakomodir seluruh input dari user, data perusahaan, data kapal, serta data transaksi, maupun jadwal keberangkatan.
Pada prinsipnya, sistem berbasis jaringan ini dilakukan melalui proses sistem memasukkan data user, data perusahaan, serta data kapal. Sehingga user akan menerima notifikasi penawaran serta memproses dan mengkonfirmasi status persiapan untuk pengiriman. Apabila transaksi telah disepakati oleh kedua belah pihak (user perusahaan pelayaran dan pemilik muatan), user perusahaan pelayaran juga dapat membuat dan mengirimkan draft kontrak pada pemilik muatan. Sedangkan user pemilik muatan akan menginput data user, data perusahaan, serta data penawaran. Dalam hal ini user mendapat notifikasi untuk penawaran yang telah diproses dan dikonfirmasi oleh perusahaan pelayaran, yang kemudian dapat memberikan tanggapan terhadap konfirmasi penawaran yang diberikan perusahaan pelayaran untuk waktu keberangkatan pengiriman barang.
Maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pola distribusi barang angkutan tol laut dengan menggunakan pendekatan sistem hub and spoke lebih menjamin pemerataan dalam pendistribusian barang dan juga menghemat biaya. Sistem jaringan tol laut berbasis jaringan web dapat dilakukan pada aplikasi yang terigentrasi antara semua pihak baik pemilik barang, operator, pengguna untuk kepastian jadwal, jumlah barang, dan sistem distribusi pemasaran. Selanjutnya dengan desain jaringan dapat memberikan kemudahan bagi perusahaan pelayaran untuk menyediakan kapal yang akan di muat barang pada tol laut serta memudahkan komunikasi antara perusahaan pelayaran dan perusahaan kargo sehingga proses menjadi lebih mudah dan cepat.