Menilik Proyeksi Layanan Angkutan Kereta Api di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 bergulir lebih dari setahun, dan belum terlihat akan selesai dalam waktu dekat. Di masa tak menentu ini berbagai sektor industri terkena dampaknya, ada yang mampu bertahan ada pula yang tidak. Dibutuhkan upaya secara bersama agar mampu menyesuaikan dengan kondisi saat ini yakni di masa pandemi Covid-19 dengan tujuan untuk memulihkan produktivitas masyarakat dan membuat kondisi perekonomian kembali berputar.

Pencegahan penyebaran Covid-19 terus dilakukan dengan melakukan pembatasan mobilitas pada sektor transportasi, dimana sektor transportasi turut berperan dalam penyebaran Covid-19. Tidak terkecuali sektor transportasi Kereta Api yang juga terdampak dengan pembatasan mobilitas. Tren volume penumpang kereta api baik KRL maupun non KRL mulai mengalami penurunan sejak awal pandemi mulai meningkat di Indonesia, yaitu fase work from home (WFH) dan school from home (SFH) pada awal Maret 2020, serta mengalami stagnasi pada fase PSBB, pembatasan kapasitas penumpang dan social distancing mulai diterapkan pada bulan April-Mei 2020. Dalam masa adaptasi kebiasaan baru mulai mengalami peningkatan kembali.

Terjadi peralihan penggunaan moda dari angkutan umum ke mobil pribadi (64.8%), berjalan (42.3%), sepeda (35.6%), dan sepeda motor (19.7%). Perubahan pola pergerakan tersebut disebabkan oleh perubahan pola hidup di masa pandemi (online working, ketergantungan mobil pribadi, online shopping). Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa pandemi COVID-19 berdampak cukup besar terhadap sektor transportasi. Selain karena ketidakpercayaan masyarakat akan keamanan dari sisi penularan virus, sehingga berdampak pada masyarakat untuk merubah kebiasaan termasuk berpindah menggunakan kendaraan pribadi. Kondisi ini terjadi di semua moda transportasi publik baik itu darat, kereta api, laut, dan juga udara.

Jalan Panjang Kereta Api Pulih di Masa Pandemi

Dari identifikasi awal berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan hingga saat ini, terdapat potensi pasar yang bisa dikembangkan, baik untuk penumpang maupun barang. Berdasarkan hasil survei Balitbang tahun 2020 terjadi shifting penggunaan transportasi yang digunakan oleh penumpang. Dari hasil survei tersebut didapatkan bahwa sekitar 6,41% pengguna moda non kereta api mau beralih menggunakan moda kereta api. 

Upaya pemulihan kereta api harus dilakukan dari sekarang dengan menyesuaikan keadaan dalam masa pandemi. Layanan angkutan kereta api kedepannya dalam masa pandemi diproyeksikan untuk Kereta Api antar kota hingga 21.861.582 penumpang. Dan untuk KRL & KA Bandara hingga 109.073.365 penumpang. Angkutan barang pun diproyeksikan bisa tumbuh secara positif, Batubara diproyeksikan bisa mengangkut hingga 17.715.499 Ton. Angkutan barang untuk Semen bisa mencapai 2.117.066 Ton. Peti kemas hingga 2.312.041 Ton. Minyak Bumi dengan jumlah angkut 1.165.630 Ton. Parcel/hantaran hingga 67.074 Ton, Hasil perkebunan hingga mencapai 358.580 Ton. Karet dan Klinker mencapai 899.814 Ton dan angkutan barang lainnya bisa mencapai 305.111 Ton.

Upaya pemulihan terdampak pandemi Covid-19 harus dibangun secara bertahap dari sekarang. Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak baik pemerintah pusat, operator dan juga masyarakat. Meyakinkan pengguna yang beralih ke kendaraan pribadi untuk kembali menggunakan moda kereta api adalah langkah awal. Memastikan kereta api aman, sehat dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah untuk digunakan walaupun di masa pandemi sekarang baik layanan angkutan penumpang maupun angkutan barang.

Komentar

Tulis Komentar