PERAN TRANSPORTASI KERETA API DALAM MEMPERCEPAT DISTRIBUSI LOGISTIK KEMANUSIAAN SELAMA MASA PANDEMI COVID-19

Logistik kemanusiaan memiliki beberapa perbedaan dibandingkan logistik komersial yang selama ini dikenal. Hal yang paling menonjol dalam logistik kemanusiaan adalah ketidakteraturan dan keterbatasan yang dimiliki, sementara di sisi lain terdapat tuntutan agar distribusi dapat berjalan dengan cepat. Tuntutan ini tidak terlepas dari jenis komoditas yang diangkut dimana berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, seperti manakan, obat-obatan maupun peralatan medis.

Transportasi kereta api pun menjadi salah satu moda yang memiliki peran penting dalam hal kapasitas angkutan yang besar dengan kecepatan tinggi untuk melayani perjalanan jarak menengah. Akan tetapi, moda kereta api juga memiliki keterbatasan fleksibilitas, sehingga perannya terbatas pada layanan simpul ke simpul antar stasiun. Kendati demikian, peran transportasi kereta api ini masih dapat dioptimalkan dengan adanya dukungan antar moda yang menjadikan distribusi barang berjalan secara efisien.

Memperhatikan urgensi logistik kemanusiaan serta kelebihan dan kekurangan moda kereta api, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan mengkaji terkait rekomendasi kebijakan penanganan logistik kemanusiaan selama masa pandemi melalui peran dan dukungan transportasi perkeretaapian.

Jenis Komoditi Logistik Kemanusiaan

Komoditi yang termasuk ke dalam komoditi logistik kemanusiaan adalah yang disebutkan dalam peraturan perundangan terkait penanganan kebencanaan/kedaruratan yang meliputi sektor kebencanaan, kesehatan, dan pertanian.

Adapun dalam konteks pencegahan Covid-19 selama masa pandemi, komoditi kesehatan menjadi komoditi paling kritikal dan sangat dibutuhkan. Menurut asosiasi perusahaan alat kesehatan Indonesia (ASPAKI), jenis komoditi kesehatan yang dibutuhkan dalam upaya pencegahan COVID-19 antara lain adalah Medical Grade Surgical Gown, Surgical Mask, Medial Coverall dan N95 Mask.

Potensi komoditi kemanusiaan yang dapat diangkut menggunakan KA khususnya untuk pemenuhan kebutuhan di Jawa adalah sebesar 26,5 juta ton per tahun. Demand komoditi ini berpeluang makin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, mengingat jenis komoditi tersebut termasuk kelompok kebutuhan dasar manusia.

Hasil Simulasi Model Optimasi Distribusi

Saat ini terdapat 113 lokasi titik demand dan 105 supplier peralatan kesehatan yang tersebar di Pulau Jawa. Selain itu, terdapat 8 alternatif stasiun yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai ‘hub’ pengiriman/pendistribusian bantuan penanggulangan Covid-19. Kedelapan stasiun tersebut yang melintang dari barat ke timur antara lain adalah Stasiun Cigading, Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Cikampek, Stasiun Cirebon Prujakan, Stasiun Semarang Poncol, Stasiun Surabaya Pasar Turi, Stasiun Probolinggo, dan Stasiun Ketapang.

Berdasar hasil simulasi, dari 8 alternatif stasiun hub tersebut, terdapat 5 stasiun yang digunakan untuk membantu distribusi logistik kemanusiaan penanggulangan Covid-19, yaitu Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Cirebon Prujakan, Stasiun Semarang Poncol, Stasiun Surabaya Pasar Turi, dan Stasiun Ketapang.

Kelima stasiun tersebut di atas berfungsi sebagai stasiun destination atau stasiun tujuan. Sedangkan 3 dari kelima stasiun tersebut juga berfungsi sebagai stasiun origin atau keberangkatan, yakni Stasiun Cirebon Prujakan, Stasiun Semarang Poncol, dan Stasiun Surabaya Pasar Turi.

Setiap stasiun memiliki jumlah supplier dan titik lokasi demand yang dicover di sekitar stasiun. Beberapa supplier dan titik demand dilayani lebih dari satu stasiun.

Selain itu, tiap stasiun memiliki rute pengantaran barang ke titik demand yang dicover. Pengiriman barang dari supplier ke stasiun keberangkatan serta distribusi barang dari stasiun tujuan ke titik demand akan dilakukan melalui mode transportasi darat seperti truk

Strategi Operasional Distribusi Logistik Kemanusiaan Berbasis Angkutan Perkeretaapian

Penyelenggaraan angkutan perkeretaapian untuk mendukung misi kemanusiaan tentunya akan sangat berbeda dengan tujuan bisnis yang selama ini telah dijalankan. Prinsip pengoperasian angkutan perkeretaapian sebagai moda logistik kemanusiaan untuk penanggulangan Covid-19 selama masa pandemik dilakukan melalui strategi “shifting” sementara angkutan perkeretaapian sebagai moda layanan angkutan barang/logistik kemanusiaan untuk tujuan bisnis pada pasca pandemik dilakukan melalui strategi “extending”.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran perkeretaapian untuk tujuan distribusi logistik kemanusiaan penanganan Covid-19 selama masa pandemik adalah mewujudkan kecepatan dan ketepatan distribusi komoditi kesehatan, sementara pada pasca pandemik adalah penyediaan jasa layanan angkutan barang untuk komoditi logistik kemanusiaan, sebagai produk layanan baru KA.

2. Strategi operasional shifting lebih tepat diimplementasikan pada masa pandemik dengan tujuan penanganan Covid-19 melalui pemanfaatan sebagian gerbong kereta api penumpang untuk angkut komoditi kesehatan dan/atau mengganti sebagian gerbong kereta api barang khusus untuk mengangkut komoditi kesehatan.

3. Peran angkutan perkeretapian pasca pandemik adalah penyediaan jasa layanan angkutan logistik kemanusiaan sebagai produk layanan baru angkutan perkeretaapian melalui strategi extending, yaitu menambah kapasitas angkut pada angkutan barang khusus untuk penanganan komoditi logsitik kemanusiaan.

4. Peran angkutan perkeretaapian dalam distribusi logistik kemanusiaan selama pandemik dan pasca pandemik dapat optimal jika didukung

  1. perencanaan supply-demand komoditi logistik yang matang;
  2. ketersediaan fasilitas pendukung distribusi (peralatan material handling, storage, cold chain system) terutama pada simpul stasiun sebagai hub distribusi komoditi
  3. moda pengumpan pada sisi first-mile dan moda lanjutan pada sisi lastmile dengan dukungan manajemen multimodal transport system yang efektif-efisien.
  4. Pengaturan (optimasi) distribusi logistik kemanusiaan sangat tergantung dengan ketersediaan dan kualitas data.

Adapun rekomendasi yang dapat diberikan dibagi ke dalam rencana jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut:

1. Jangka Panjang

  • Merencanakan rantai pasok komoditi kesehatan (APD, masker, vaksin)
  • Menentukan lokasi simpul (stasiun) utama sbg HUB/terminal pemuatan dan pendistribusian komoditi
  • Penyediaan fasilitas pendukung distribusi komoditi kesehatan pad simpul/stasiun hub
  • Pemanfaatan IT utk dukung proses tracking & tracing system barang

2. Jangka Pendek

  • Merencanakan model bisnis logistik kemanusiaan untuk komoditi yang lebih luas (kesehatan, pangan, sandang).
  • Perluasan jaringan simpul/HUB/terminal
  • Pengembangan lebih lanjut fasilitas pendukung distribusi berbasis jenis komoditi kemanusiaan
  • Pengembangan IT utk dukung jasa layanan logistik komoditi kemanusiaan berbasis “logistics & industry 4.0”.

Komentar

Tulis Komentar