POTENSI PEMANFAATAN SISTEM ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI PENUNJANG OPERASI BANDARA

Bandara menjadi aset vital dari suatu negara yang memainkan peran penting dalam transportasi udara. Setiap aktivitas dari pemangku kepentingan transportasi udara pasti membutuhkan energi dalam menjalankan operasinya. Pada saat ini pembangkitan dan penggunaan energi di Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil, yang menghasilkan produk sampingan berupa gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2).

Salah satu alternatif untuk mengurangi kadar CO2 di udara adalah dengan beralih ke pemanfaatan energi terbarukan. Oleh karena itu, bandara-bandara berusaha mengelola kebutuhan energinya secara berkelanjutan (sustainable) sebagai bagian dari kebijakan dan strategi lingkungan dengan meningkatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan. Akan tetapi, penggunaan energi terbarukan seperti energi surya masih minim sekali dimanfaatkan sehingga membuat harga listrik dari energi surya menjadi relatif tinggi.

Menurut studi literatur yang ada, tenaga surya photovoltaic (PV) menjadi sumber energi terbarukan utama yang dipilih untuk diaplikasikan di bandara-bandara internasional. Pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) juga tertulis secara jelas di poin 5 bahwa salah satu kegiatan pemanfaatannya adalah membangun PLTS bagi fasilitas transportasi (terminal, stasiun, pelabuhan, bandara, peralatan bongkar muat, dll).

Oleh karena itu dilakukanlah suatu kajian sebagai acuan pemetaan kebijakan pemanfaatan potensi-potensi energi surya di sekitar bandara di Indonesia serta kriteria dan prosedur dalam pengembangan potensi dalam pemanfaatan sistem energi alternatif (PLTS) sebagai penunjang operasional bandara

Prosedur Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Secara garis besar, PLTS dapat dibagi ke dalam tiga jenis sistem, dan setiap sistem memiliki acuan desain dan prosedur yang berbeda antara satu dengan yang lainnya seperti berikut:

1. Sistem on-grid (grid connected), yaitu sistem PV yang terhubung ke jaringan utilitas (PLN) dan bekerja secara bersamaan.

2. Sistem off-grid, yaitu sistem PV yang bekerja pada suatu beban yang tidak terhubung dengan sistem kelistrikan utilitas (PLN).

3. Sistem hybrid, yaitu sistem PV yang bekerja paralel dengan satu atau lebih dari sumber listrik lain yang mengatur tegangan dan frekuensi pada sistem, seperti PV-diesel, PV-wind, PV-biogas, dll. Sistem hybrid tidak terhubung dengan sistem kelistrikan utilitas (PLN).

Potensi Lokasi Instalasi Sistem PV di Lingkungan Bandara

Untuk mengetahui potensi lokasi untuk membangun system Photovoltaic (PV), maka dilakukan pemetaan area bandara dengan bantuan Google Earth dan pengecekan dengan GPS pada saat survei. Sistem PV di tanah, atau ground-mounted, memerlukan area yang luas serta tidak dibatasi oleh bangunan di sekitarnya agar modul PV tidak tertimpa bayangan dan efisiensinya turun. Pilihan lainnya ialah dengan instalasi di atap atau roofmounted. Poin penting dalam pembangunan sistem PV roof-mounted adalah kekuatan struktur atap bangunan. Menyusun panel PV sebagai atap lahan parkir dapat pula dipilih untuk memaksimalkan ketersediaan 113 lahan terbuka. Opsi terakhir apabila terdapat kolam air di area bandara, dapat dimanfaatkan untuk pembangunan sistem PV berjenis floatingmounted.

Adapun studi pengembangan dilakukan di beberapa bandara dengan potensial PLTS sebagai berikut:

1. Bandar Udara Internasional APT Pranoto

a. Potensi PLTS

Potensi PLTS di APT Pranoto untuk saat ini terdapat di 3 tempat yaitu Gedung Kantor, Carport, dan Water pond dengan kapasitas 129,6, 762, dan 486 kWp secara berurutan. Dan energi yang dihasilkan adalah 166,6, 973, dan 691 MWh/tahun. Adanya PLTS ini tidak mengganggu keamanan bandara, karena tidak menyebabkan glint and glare (silau dan kilau) yang berbahaya (dalam batas aman) terhadap kedua reseptor, yaitu operator ATC maupun pilot

b. Direkomendasikan gedung-gedung bandara APT Pranoto (terutama terminal) yang akan dibangun di kemudian hari, agar memiliki struktur bangunan yang cukup kuat untuk menahan beban modul surya di atap gedungnya.

2. Bandar Udara Komodo

Lahan potensial untuk penambahan kapasitas sistem PLTS di Bandara Komodo, yaitu pada lahan sebelah barat PLTS eksisting dan lahan parkir terminal baru. Telah dilakukan perhitungan potensi 113 PLTS dan didapatkan kapasitas sebesar 301,3 kWp untuk lahan di sebelah barat PLTS eksisting serta kapasitas sebesar 130 kWp untuk lahan parkir terminal baru yang berbentuk carport. Untuk energy yield yang dihasilkan sebesar 512,2 MWh/tahun dan 211,2 MWh/tahun untuk lahan barat PLTS eksisting dan lahan parkir secara berurutan.

3. Bandar Udara Maratua

a. Sistem PLTS di bandara ini bertipe off-grid dilengkapi dengan 120 baterai. Berdasarkan hasil pengukuran, 90% baterai masih dalam kondisi baik dan layak digunakan. Selain itu, total siklus baterai masih berkisar antara 274-552 siklus. Umur baterai berdasarkan datasheet diperkirakan mampu mencapai 4.800 siklus. Namun, diperkirakan adanya pemakaian internal baterai yang cukup besar sehingga kapasitas baterai menurun saat tidak menyuplai beban bandar

b. Terdapat beberapa lahan kosong yang layak untuk dijadikan studi potensi PLTS di bandara tersebut. Diperkirakan total PLTS baru yang dapat dipasang di bandara ini adalah sebesar 415.52 kWp (1.67 MWh/hari).

Komentar

Tulis Komentar