TINGKATKAN KESIAPSIAGAAN BENCANA, BAKETRANS ADAKAN PELATIHAN PENANGGULANGAN DAN MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI

Jakarta – Wilayah Indonesia kerap dilanda gempa bumi dalam beberapa waktu terakhir. Penyebab Indonesia sering dilanda gempa dikarenakan pertemuan antara lempeng tektonik. Lempeng-lempeng tersebut bergerak yang kemudian menimbulkan tabrakan antar lempeng, dimana setidaknya terdapat 13 segmen (bagian-bagian jalur) sumber gempa megathrust atau gempa yang sangat besar di pertemuan antar lempeng tersebut.

Oleh karena itu Badan Kebijakan Transportasi mengadakan pelatihan pencegahan dan mitigasi bencana gempa bumi pada Kamis (13/7). Kegiatan ini berlangsung selama dua hari dan menghadirkan narasumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta diikuti oleh 70 pegawai di lingkungan Kantor Kementerian Perhubungan Jl. Medan Merdeka Timur No. 5.

Kepala Bagian Keuangan dan BMN, Fardian Isibhi, mewakili Sekretaris Badan Kebijakan Transportasi dalam sambutannya menyampaikan bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi bencana adalah upaya membangun petugas dan para pegawai untuk mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana secara mandiri. Kemampuan tersebut diharapkan akan mengurangi dampak dan resiko bencana. Kesiapsiagaan dan mitigasi itu bersifat permanen, sehingga harus dilakukan secara berkesinambungan.

“Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai penanggulangan bencana, seperti cara-cara menghadapi bencana dan tata cara evakuasi bencana bagi pegawai, serta mempersiapkan petugas dan para pegawai untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam di lingkungan kantor,” ujar Fardian.

Hadir sebagai narasumber, Sub Koordinator Mitigasi Gempa Bumi Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Septa Anggraini, mengatakan bahwa wilayah Indonesia sangat aktif gempabumi, dalam satu tahun terjadi gempa dalam berbagai magnitudo sebanyak sekitar 6.500 kali, gempa signifikan berkekuatan M>5,0 sebanyak 350 kali, gempa merusak terjadi sebanyak sekitar 10 kali, serta dalam 2 tahun gempa berpotensi tsunami terjadi 1 kali.

Ada beberapa faktor yang menentukan kerusakan akibat gempa, diantaranya adalah besarnya magnitudo (M) gempa, jarak dari episenter gempa, kedalaman hiposenter gempa, kondisi geologi setempat, kondisi cuaca saat gempa, dan kondisi bangunan.

“Adapun mitigasi bencana yang dapat dilakukan di lingkungan tempat kerja adalah dengan memastikan bangunan tempat kita bekerja strukturnya tahan gempa, mengenali area tempat kerja, memahami informasi gempa dan pdt melalui aplikasi, dan menyiapkan tas siaga gempabumi,” ungkap Septa.

Sementara itu, Instruktur Pusdiklat Penanggulangan Bencana BNPB, Jajat Sudrajat, menyampaikan bahwa ruang lingkup manajemen penanggulangan itu terbagi menjadi tiga, yaitu masa pra bencana yang meliputi mitigasi struktural dan non struktural, masa saat bencana yang meliputi penanganan darurat bencana, dan masa pra bencana yang meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.

“Terdapat 6 SOP penyelenggaraan evakuasi kedaruratan, yakni identifikasi jalur evakuasi, peringatan dan pemberitahuan, evakuasi, keselamatan dan bantuan, titik kumpul, komunikasi dan koordinasi,” ujar Jajat.

“Lalu apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa? Jangan panik, saat gempa terjadi lakukan tindakan penyelematan mandiri, saat gempa reda lakukan evakuasi mandiri, dan saat di titik kumpul lakukan aktivasi tim tanggap darurat,” tambahnya.s

Selain pemberian pemahaman berupa teori terkait potensi gempa bumi dan kesiapsiagaan yang dilakukan, para peserta juga dibekali pengetahuan tentang praktik evakuasi mandiri saat terjadi gempa bumi.

Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan para pegawai Kemenhub di Gedung Jl. Medan Merdeka Timur mampu melakukan kegiatan tanggap darurat bencana juga untuk meminimalisir korban jiwa dalam suatu kejadian bencana gempa.



Komentar

Tulis Komentar