Tol Trans Sumatera Berdampak Pada Efisiensi Biaya Logistik

Beberapa tahun terakhir Pemerintah Indonesia tengah fokus membenahi sektor infrastruktur dasar. Salah satu yang menjadi prioritas adalah pembangunan infrastruktur jalan. Sejumlah ruas jalan tol sepanjang ribuan kilomenter mulai dibangun dan beroperasi. Salah satunya adalah Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang menlintasi Provinsi Lampung hingga Aceh dengan koridor utama sepanjang 2.069 km dan koridor pendukung sepanjang 919 km.

Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintahan Jokowi yang ditargetkan akan beroperasi pada tahun 2024. Dalam rangka penyelesaian pembangunan Tol Sumatera, Pemerintah memberikan kepercayaan penuh kepada PT Hutama Karya melalui Pepres No.100/2014 dan Perpres No.117/2015 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera.

Jalan Tol Trans Sumatera diklaim dapat menciptakan efisiensi waktu tempuh perjalanan, misalnya dari Lampung ke Palembang dari waktu tempuh yang semula 12 jam menjadi 5 jam. Selain itu juga sebagai sarana konektivitas antar daerah dan menjadi jalur penghubung serta jalur distribusi logistik barang dan jasa dari daerah perkotaan ke pinggiran/perdesaan atau sebaliknya.

Beberapa alasan penting pembangunan Tol Trans Sumatera:

- Pulau Sumatera merupakan satu dari ribuan pulau di Indonesia dengan beragam potensi alam dan komoditas yang melimpah mulai dari karet, sawit, kopi, minyak, bumi, batu bara, serta gas bumi dihasilkan di Pulau ini;

- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Pulau Sumatera merupakan kontributor PDB terbesar kedua setelah Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 22,21% pada tahun 2015;

- Digadang-gadang, Pulau Sumatera akan menjadi penopang pertumbuhan PDB dalam jangka menengah ketika Pulau Jawa mengalami declining period;

- Mempersingkat waktu tempuh;

- Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk memaksimalkan supply chain systems.

- Peningkatan nilai properti dan potensi pengembangan perumahan.

Efisiensi Biaya Logistik

Pembangunan JTTS diharapkan dapat memperlancar dan meningkatkan akses logistik nasional. Dengan akses jalan yang baik, distribusi bahan pangan, sandang dan papan tidak ada kendala, sehingga kecil kemungkinan terjadi kelangkaan. Selain itu, biaya logistik akan dapat ditekan sehingga produk-produk unggulan hasil bumi, serta sumber daya di sana dapat terdistribusi dengan baik dengan waktu yang cepat disertai biaya terjangkau.

Badan Penelitian dan Pengembangan, melalui Pusat Penelitian Transportasi Antarmoda melakukan kajian untuk mengidentifikasi struktur biaya logistik pada beberapa komoditas guna mengetahui kebutuhan intervensi yang dapat dilakukan untuk menekan tingginya biaya logistik. Dari hasil identifikasi didapat suatu model yang menggambarkan biaya-biaya yang timbul dalam rantai pasok komoditas.

Penelitian dilakukan di wilayah Jalan Tol Trans Sumatera pada Ruas Jalan Tol Bakauheni–Terbanggi Besar. Sejak diresmikan pada Maret 2019 terjadi lonjakan volume kendaraan pada bulan Mei 2019 dikarenakan adanya program pembebasan tarif tol pada bulan tersebut. Namun, pada bulan-bulan berikutnya jumlah kendaraan yang melintas cukup stabil dengan rata-rata 30.695 kendaraan setiap bulannya.

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan peneliti, sebanyak 70% responden memilih menggunakan jalan tol untuk pengiriman barang dengan alasan: waktu perjalanan lebih cepat dan efisien, menadapatkan kepastian perjalanan, keamanan barang lebih terjamin dan frekuensi pengiriman barang lebih banyak. Efisiensi waktu pengiriman barang antara 50%-70%. Selain itu dengan adanya tol dapat menghilangkan biaya tambahan dan biaya pungutan liar yang biasa dialami pengemudi. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan JTTS yang menghubungkan antara Lampung dan Palembang memberikan meningkatnya aktivitas transportasi dan logistik.

Komentar

Tulis Komentar